- Buku tamu
- Download Youtube GRATIS
- Tentang situs
- Tentang kelud
- Shorten Url
- Download
- Profile Mau uang mengucur
dari internet?..Buruan daftar...
Lumayan buat tambah penghasilan..
Buruan daftar sekarang juga..
Situs ini di biayai oleh
Adsense Indonesia,mygama
SITI,situs ini bertujuan
untuk mempermudah mencari
kabar berita dan
aktifitas terbaru Gunung Kelud
Gunung kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut yang berarti "sapu" dalam bahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur ...read more
Posted in Won9keluD WaP by Admin on , 20 November 2012
Posted in Won9kelud Wap by Admin on 20 Maret 2015
Kraton atau pusat istana
kerajaan Kediri dengan
rajanya yang termasyhur
karena terbukti kebenaran
ramalannya, Sri Aji Jayabaya,
merupakan misteri karena
lokasinya belum ditemukan
siapapun. Adapun lokasi
pamuksan dan makam
beliau telah diketahui umum
berada di daerah
Mamenang, di sebelah timur
Kediri. Demikian pula
menurut pengetahuan
umum lokasi kraton Kediri
semasa pemerintahan
Jayabaya berada di sekitar
wilayah kaki Gunung Kelud
dianggap telah musnah
terlanda lahar letusan
gunung itu.
Dalam menguak misteri
kraton Jayabaya masa silam,
di samping mengacu pada
peninggalan arkeologis dan
transkrip yang berhasil
ditemukan para pakar dalam
bidang tersebut, perlu juga
mengkaji ilustrasi masa kini
wilayah kerajaan Kediri; di
pusat kota Kediri di sisi
timur sungai Brantas
terdapat sebuah pasar
tradisional, Setono Bethek,
istana bambu. Ada lagi
Setono Gedhong, istana
batu. Tempat-tempat
tersebut benarkah ada
kaitan dengan istana
kerajaan Kediri di masa
silam? Atau sekadar makam
para ulama penyebar agama
Islam belaka? Ada sebuah
nama lain di tepi Barat
sungai Brantas yang
menarik: Bandar Lor, Bandar
Kidul. Tampaknya memang
di masa silam sebuah
pelabuhan kuno!
Berabad-abad sosok
menarik Sri Aji Jayabaya
dengan ramalan-ramalannya
yang sebagian orang,
terutama penduduk di pulau
Jawa percaya dan
menganggap bahwa
ramalan itu telah terbukti
kebenarannya, misalnya
sosok kepemimpinan
Presiden Sukarno telah
diramalkan beliau sebagai
seorang putra dari ibu
berasal dari pulau Dewata;
ramalan lain lagi masuknya
balatentara Dai Nippon yang
seumur jagung itu
diramalkan 900 tahun silam
sebagai si kate cebol
kepalang, dan seterusnya,
maka kami ingin menambahi
sekadar wawasan guna
mengarahkan pembaca dan
pemerhati sejarah Kediri
mengenai kemungkinan
adanya keraton Kediri di
lokasi lain yang masih
merupakan misteri.
Pada kira-kira 1135
maraklah raja Kediri kelak
kemudian menjadi raja
besar Nusantara: Joyoboyo,
Jayabaya, atau Jayabhaya.
Kekuasaannya berpusat di
Kediri, Jatim, dan wilayah di
bawah pengaruh
kekuasaannya mencakup
seluruh Pulau Jawa (Java)
ditambah Jambi, Tidore, dan
Kalimantan.
Kediri, kini yang kita kenal
sebagai kotamadya, dulu
merupakan pusat
pemerintahan sebuah
kerajaan maritim Jawa yang
berhasil mempersatukan
sebagian besar wilayah
Nusantara, selalu mendapat
serbuan dari berbagai
pasukan asing: pada 1007
Sriwijaya menyerbu
kerajaan Medang Kamulan di
Kediri untuk menggulingkan
prabu Dharmawangsa
sebagai balasan atas
serangan Medang terhadap
kerajaan Sriwijaya pada
990, Arok mengalahkan
pasukan Kediri di Ganter
1222 yakni di sebuah desa
di sekitar daerah Pujon,
Malang, selanjutnya pada
1292 pasukan Mongol Kublai
Khan menyerbu dengan
1000 kapal yang berlayar
langsung dari Tiongkok
untuk membalas dendam
pada Sri Krtanegara. Apa
lacur? Oleh mantu raja Jawa
(Krtanegara) tersebut,
Raden Wijaya, pasukan
Mongol digiring
dipersilahkan menggempur
kraton Kediri Jayakatwang,
hingga musnah.
Sejarah mencatat Sri
Krtanegara yang
mengucapkan sumpah
"Pamalayu" dalam
mempersatukan Nusantara,
pada akhirnya gagal karena
keburu diserang pasukan
Kediri, Jayakatwang dengan
bantuan sang putra
mahkota Raden Ardaraja
yang juga merupakan salah
satu anak mantu sri
Krtanegara penguasa
Singosari, di samping juga
anak mantu lainnya Raden
Wijaya yang bersikap netral
dalam kemelut tersebut.
Dengan bantuan orang
dalam di kerajaan Singosari
tersebut akhirnya pasukan
Kediri berhasil mengalahkan
Singosari dan sekaligus Sri
Krtanegara sendiri gugur
dalam serbuan pasukan
Kediri yang sama sekali di
luar dugaan tersebut.
Dengan gugurnya
Krtanegara maka berakibat
Singosari pun pun runtuh.
Selanjutnya Raden
Wijaya dalam menghadapi
pasukan Mongol yang telah
menggempur Kediri dan
menewaskan Jayakatwang
menggunakan taktik klasik
Jawa dengan menyuguhkan
tuak terbaik dari tanah Jawa
bagi seluruh personel
pasukan Tiongkok -- tentu
dengan dalih minuman
persahabatan. Oleh karena
pasukan Mongol yang biasa
menenggak minuman keras
itu tingkahnya "rese",
sehingga pada akhirnya
Raden Wijaya dan pasukan
Jawa menghalau secara
paksa agar pasukan Mongol
kembali ke kapal mencabut
sauh pergi belayar ke
Tiongkok kembali. Sebagian
pasukan Mongol yang
menolak kembali dan ingin
tinggal di Jawa tentu
diijinkan, dan bagi pasukan
Mongol yang mengajak ribut
tentu dapat dilayani oleh
pasukan Raden Wijaya. Oleh
karena misi pasukan Mongol
telah mereka anggap selesai,
maka sebagian besar
dengan senang hati walau
dalam keadaan setengah
mabuk untuk naik ke kapal
mereka.
Dengan runtuhnya
Singosari oleh Kediri dan
hancurnya Kediri oleh
pasukan Tartar, maka
Majapahit yang mulai
dibangun Raden Wijaya
sesudah pasukan Tartar
kembali ke negerinya mulai
menjadi kerajaan baru di
Nusantara yang
berkembang tanpa
gangguan dari kerajaan lain
di Jawa Timur.
Serbuan lain yang
menimpa Kediri yakni pada
1527 Brawijaya terakhir
dari kerajaan Daha (Kediri)
digempur oleh pasukan
Mataram Islam Trenggono.
Terakhir pejuang nasional
Trunojoyo berhasil
dikalahkan oleh Belanda di
Kediri.
Dalam Babad Kadhiri
disebutkan bahwa
membangun basis
pertahanan di Kediri akan
selalu kalah jika diserang
musuh lebih dulu, "Hamula,
saben ana paprangan, yen
sing nantang perang kuwi
wong Kediri, wong Kediri
mesthi menang. Nanging
yen wong njaban Kediri
sing ngrabasa utawa
nantang luwih dhisik, wong
Kediri lumrahe bakal kalah."
Terjemahan bebas kurang
lebih, "Oleh karena itu, tiap
terjadi peperangan, apabila
orang Kediri yang
menantang musuh dan
menyerang secara langsung
atau memulai untuk
berperang lebih dulu, maka
pasukan orang Kediri pasti
selalu menang. Akan tetapi
apabila pasukan asing dari
luar kediri menggempur dan
menyerbu atau menantang
langsung untuk berperang
lebih dulu, maka sudah
lumrah sebagai tuan rumah
pasukan Kediri akan
menderita kekalahan."
Pada masa pemerintahan
Jayabaya kekuatan militer
kerajaan maritim Kediri
terletak pada angkatan
lautnya yang kuat pada
masanya hingga mampu
menjaga wilayah kerajaan di
seberang pulau yang jauh
dari pusat kekuasaan di
pedalaman Jawa bagian
timur itu.
Kota Kediri yang kita
kenal sekarang dibelah oleh
sungai Brantas, sungai itu
lebarnya kurang lebih 1000
meter. Di masa silam, kapal-
kapal perang dan dagang
diperkirakan bisa melayari
sungai Brantas sepanjang
aliran mulai dari pelabuhan
laut di Surabaya terus
masuk ke pedalaman hingga
merapat pusat kota Kediri,
sekarang lokasi pelabuhan
di tepi sungai di Kediri itu
diberi nama pelabuhan
Jayabaya, lokasinya di
daerah yang kini bernama
Bandar Lor.
Satu kilometer ke barat
sejak pelabuhan Bandar
atau pelabuhan Jayabaya
tersebut terbentang jalan
lurus menuju bukit Klotok
(arti harfiahnya: kolo thok,
banyak kolo, banyak
penyakit).
Sebuah prasasti batu
raksasa masih menjadi
misteri asal-usulnya,
diperkirakan dibangun di
masa jaman keemasan
kerajaan Kediri, yaitu era
Jayabaya. Prasasti
berbentuk goa berukuran 3
x 10 meter itu diberi nama
Mangleng (artinya museum).
Bangunan goa Mangleng
atau Selomangleng, yang
juga disebut museum
Jayabaya yang didirikan
sekitar tahun 1150-an pada
masa Jayabaya itu letaknya
cukup terlindung berada di
antara bukit-bukit. Di
sebelah depan (50 meter)
adalah bukit Mas
Kumambang yang menurut
penduduk setempat
terkenal dengan legenda
maling sakti. Maling sakti
yang hidup di masa kolonial
Belanda itu bernama Ki
Boncolono bersama dua
sahabatnya Tumenggung
Poncolono dan Tumenggung
Mojoroto. Kuburan
ketiganya berada di puncak
bukit Mas Kumambang.
Pemkot Kediri telah
membangun tangga cor
menuju puncak Mas
Kumambang.
Mengapa cuma
membangun sebuah goa
batu alam dibandingkan
tigaratus tahun sebelum itu
telah berdiri Candi
Borobudur yang megah di
Jawa Tengah?
Diperkirakan Goa
Selomangleng merupakan
bagian dari bukit Mas
Kumambang (emas
terapung), akan tetapi
kemudian dipisahkan oleh
jalan melingkari bukit
tersebut, sehingga goa itu
dapat dicapai dari dua
jurusan.
Jika kita mendaki bukit
Klotok itu lurus saja tepat
setelah menempuh sekitar
dua kilometer ke arah
puncak bagian tengah, kita
dapat menjumpai dan
menemukan petilasan Dewi
Kilisuci, tepat di sisi air
terjun kecil mengalir ke
bawah, menjadi sungai kecil.
Dewi Kilisuci merupakan
salah seorang anak Prabu
Erlangga atau Airlangga
yang bertakhta di Kediri
pada 1035.
Petilasan Prabu Jayabaya
yang dikenal sekarang di
desa Mamenang atau
Pamenang kec. Pagu berada
sekitar enam kilometer ke
arah timur pusat kota Kediri
berada di kawasan kaki
gunung Kelud.
Pusat kerajaan Kediri
diperkirakan berada di
sekitar Goa Selomangleng,
ada sebuah daerah Boto
Lengket yang sekarang
dijadikan markas Brigif
(Brigade Infantri) XVI. Di
lokasi Boto Lengket dekat
desa Bujel itu tanpa sengaja
telah ditemukan batu-batu
bata berukuran besar
terpendam dalam tanah
yang mungkin merupakan
bekas bahan pondasi
bangunan. Menurut Babad
Kadhiri, "Negara Daha sing
dumunung ing sisih kulone
Kali Brantas, ing wetane
Desa Klotok lan Geneng
banjur salin aran dadi
negara Kediri," (terjemahan
bebas kurang lebih,
"Kerajaan Daha yang
berkedudukan di sisi
sebelah barat Sungai
Brantas, dan berada di
sebelah timur Desa/Gunung
Klotok dan Desa Geneng
maka di kemudian hari
berganti sebutan menjadi
Kerajaan Kediri,") ada
kecocokan wilayah sekitar
Boto Lengket, Desa Bujel
yakni lokasinya berada di
antara gunung Klotok dan
Sungai Brantas sebagai
lokasi pusat kraton Kediri.
Penemuan itu belum pernah
dipublikasikan, karena masih
bersifat penemuan pribadi.
Diperkirakan tepat di
markas Brigif XVI yang baru
dibangun dalam dua tahun
terakhir itulah letak pusat
Kerajaan Kediri di masa
pemerintahan Prabu Sri Aji
Jayabaya.
Mengapa Brigif XVI Kediri
berada secara kebetulan
dibangun di sana? Dari segi
strategi perang, maka lokasi
itu sangat strategis untuk
medan pertahanan dari
serangan musuh. Letaknya
berada di antara bukit-bukit
yang berhutan lebat di masa
lalu, cocok untuk berlindung
sementara bila diserang
musuh. Dan untuk
mengundurkan diri dari
serangan besar-besaran
dapat masuk hutan di kaki
bukit Klotok. Ditambah lagi
pada masa silam, dari
puncak bukit Mas
Kumambang seorang
prajurit dapat mengawasi
pelabuhan dan seluruh kota
Kediri, sekaligus
memberikan isyarat
kedatangan musuh yang
menyerang dari sungai atau
dari daratan.
Memang benar-benar
strategis tempat itu dalam
strategi perang kuno.
Di sekitar
daerah hipotesis kraton di
bagian sebelah utara
kawasan itu terdapat
sumber mata air yang
sampai hari ini tidak pernah
kering sekalipun kemarau
panjang.
Demi efektifnya roda
pemerintahan maka lokasi
kraton itu tidak begitu jauh
dari pelabuhan hipotesis
Bandar. Tatkala tamu
kehormatan kerajaan
datang melalui sungai
brantas, perjalanan tidak
begitu jauh untuk sampai
tujuan di kraton Kediri.
Museum Airlangga di sisi
selatan bukit Mas
Kumambang yang dibangun
oleh Pemkot Kota Kediri
letaknya persis di seberang
Museum Jayabaya yang
dibangun Prabu Jayabaya,
Goa Selomangleng. Goa
Selomangleng selama ribuan
tahun menjadi prototipe
rumah-rumah penduduk di
tanah Jawa. Ada senthong
kiri, ada senthong kanan.
Dan ada dua ruang tengah.
Dalam tradisi Jawa senthong
tengah tidak boleh dihuni.
Dan hanya dipergunakan
untuk upacara tertentu atau
meletakkan sesaji.
Goa Batu itu di dalamnya
penuh dengan hiasan
gambar-gambar dinding,
dan pada senthong kanan
(dilihat dari luar goa)
terdapat tempat pemujaan
patung prabu Airlangga
penjelmaan Wishnu yang
masih mulus belum dirusak
tangan jahil. Pada pintu
masuk dari depan sebelah
kiri (terdapat dua "pintu"
utama di bagian depan goa)
ada penyambut berupa
patung batu berbentuk
garuda tumpangan Sang
Prabu Erlangga yang mulai
rusak oleh tangan jahil.
Salah satu ramalan
Jayabaya,
Ronggowarsito, dan uga
wangsit Siliwangi yakni
menyangkut kemunculan
ratu adil atau lebih populer
dan salah kaprah disebut
sebagai "satrio piningit"
yang berwujud bocah
angon bertempat tinggal di
tepi sungai, bukankah
hingga sekarang nama
sungai tersebut masih
misteri? "Satrio Piningit" itu
tinggal di rumah tingkat
tiga yang di depan
rumahnya terdapat dua
jenis pohon: Hanjuang
(pohon ini daunnya
berwarna merah hati tua
(marun) biasanya
digunakan pada acara
nadran syeh abdul qadir
jaelani), dan Handeuleum
(pohon ini cuma setinggi
setengah meter dan
berbatang lunak ini serta
berdaun merah hati tua
(marun) ini di Jawa Barat
digunakan sebagai tanaman
obat, rebusan daun
Handeuleum dipercaya
dapat menyembuhkan
wasir atau ambeien). Bisa
jadi sungai yang dimaksud
bila menurut ramalan itu
sang ratu adil muncul dari
sebelah timur Gunung Lawu,
maka terdapat Sungai
Madiun, dan jika sebelah
timur Gunung Lawu yakni
Gunung Wilis maka sebelah
timurnya (daripada G. Wilis)
terdapat Sungai Brantas,
kedua sungai tersebut
berada di wilayah Jawa
Timur.
Sebagai sebuah hipotesis
saat ini samar-samar sang
ratu adil dengan ciri-ciri
tersebut memang sudah
muncul bahkan
mencalonkan diri sebagai
orang nomor satu di NKRI,
akan tetapi belum berhasil
karena terganjal undang-
undang pemilihan calon
presiden yang hanya dapat
dilalui dari satu pintu, yakni
melalui pencalonan yang
diajukan oleh satu atau
gabungan daripada partai
politik. Diharapkan di masa
depan diupayakan solusi
yang lebih baik serta lebih
adil lagi guna mendapatkan
pemimpin yang terbaik di
Nusantara, yakni dengan
merevisi undang-undang
yang terkait sistem
pencalonan presiden
sehingga memungkinkan
tampilnya calon presiden
dari wakil independen.
Satrio piningit (yang
dimaksud di sini Ratu Adil)
itu mendapat dukungan
kuat langsung maupun tak
langsung dari sebuah
perusahaan raksasa G2 yang
berada di tepi Sungai
Brantas kota Kediri, kantor
pusatnya yang berlantai
tiga tepat di seberang
pelabuhan wisata Jayabaya.
Satrio Piningit yang masih
samar-samar itu berasal
dari daerah yang
lokasinya tepat simetris di
tengah daripada ujung
barat dan timur pulau Jawa.
Saat ini permunculan
samar-samar Satrio Piningit
(yang dimaksud di sini ratu
adil) yang kelak memimpin
Nusantara memang belum
menerima wahyu illahi atau
pulung keprabon, momen
itu akan datang kelak usai
terjadi goro-goro/huru-hara
besar terjadi atas kehendak
tuhan; huru-hara usai akan
terbentuklah tatanan dunia
baru berikut peran dan
kedudukan Nusantara
tertinggi di bumi selatan.
Tatanan pemerintahan baru
di Nusantara kelak itulah
yang dipimpin oleh sang
ratu adil.
sumber
Pasang Won9keluD WaP di android anda,agar kemudahan mendapat kan berita tentang aktifitas sekitar gunung Kelud di genggaman..
" - pasang sekarang gratis. " perangkat lunak funny photo menawarkan satu set lengkap lanjutan alat editing gambar secara gratis ber format sis dan java." - Dapatkan sekarang gratis