- Buku tamu
- Download Youtube GRATIS
- Tentang situs
- Tentang kelud
- Shorten Url
- Download
- Profile Mau uang mengucur
dari internet?..Buruan daftar...
Lumayan buat tambah penghasilan..
Buruan daftar sekarang juga..
Situs ini di biayai oleh
Adsense Indonesia,mygama
SITI,situs ini bertujuan
untuk mempermudah mencari
kabar berita dan
aktifitas terbaru Gunung Kelud
Gunung kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut yang berarti "sapu" dalam bahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur ...read more
Posted in Won9keluD WaP by Admin on , 20 November 2012
Posted in Won9kelud Wap by Admin on 20 Maret 2015
Won9keluD WaP - Menjadi seorang Presiden mungkin
“tidak terlalu sulit,” tetapi menjadi
seorang pemimpin negeri sangatlah
tidak mudah. Meraih jabatan sebagai
Presiden banyak ditopang oleh
kematangan strategi politik, tetapi
menjadi pemimpin sebuah negeri sangat
membutuhkan kekuatan mental serta
kesediaan sakit dan berkorban demi
negeri serta rakyat yang dipimpinnya.
Konsep sebagai seorang pemimpin besar
telah ditunjukkan secara nyata oleh
Presiden Soekarno dalam menyikapi
langkah-langkah kudeta Jenderal
Soeharto dan kroninya.
TINDAKAN Soeharto menyelewengkan
Surat Perintah 11 Maret 1966 sangat
menyakiti perasaan Bung Karno.
Sejumlah petinggi militer yang masih
setia pada Sukarno ketika itu pun
merasa geram. Mereka meminta agar
Sukarno bertindak tegas dengan
memukul Soeharto dan pasukannya.
Tetapi Sukarno menolak.
Sukarno tak mau terjadi huru-hara,
apalagi sampai melibatkan tentara.
Perang saudara, menurut Sukarno,
adalah hal yang ditunggu-tunggu
pihak asing—kaum kolonial yang
mengincar Indonesia–sejak lama.
Begitu
perang saudara meletus, pihak asing,
terutama Amerika Serikat dan Inggris
akan mengirimkan pasukan mereka ke
Indonesia dengan alasan menyelamatkan
fasilitas negara mereka, mulai dari
para diplomat kedutaanbesar sampai
perusahaan-perusahaan asing milik
mereka.
Kesaksian mengenai keengganan Sukarno
menggunakan cara-cara kekerasan
dalam menghadapi manuver Soeharto
disampaikan salah seorang menteri
Kabinet Dwikora, Muhammad Achadi.
Saya bertemu Achadi, mantan menteri
transmigrasi dan rektor Universitas
Bung Karno itu dua pekan lalu di Jalan
Taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat.
Achadi bercerita dengan lancar kepada
saya dan beberapa teman. Air putih dan
pisang rebus menemani pembicaraan
kami sore itu.
Komandan Korps Komando (KKO) Letjen
Hartono termasuk salah seorang
petinggi militer yang menyatakan siap
menunggu perintah pukul dari Sukarno.
KKO sejak lama memang dikenal sebagai
barisan pendukung utama Soekarno .
Kalimat Hartono: “hitam kata Bung
Karno, hitam kata KKo” yang populer di
masa-masa itu masih sering terdengar
hingga kini.
Suatu hari di pertengahan Maret 1966,
Hartono yang ketika itu menjabat
sebagai Menteri/Wakil Panglima
Angkatan Laut itu datang ke Istana
Merdeka menemui Bung Karno.
Ketika itu
Achadi sedang memberikan laporan pada
Sukarno tentang penahanan beberapa
menteri yang dilakukan oleh pasukan
yang loyal pada Soeharto.
Mendengar laporan itu, menurut Achadi,
Bung Karno berkata (kira-kira),
“Kemarin sore Harto datang ke sini. Dia
minta izin melakukan pengawalan
kepada para menteri yang menurut
informasi akan didemo oleh mahasiswa.”
“Tetapi itu bukan pengawalan,” kata
Achadi.
Untuk membuktikan laporannya,
Achadi memerintahkan ajudannya
menghubungi menteri penerangan
Achmadi. Seperti Achadi, Achmadi juga
duduk di Tim Epilog yang bertugas
menghentikan ekses buruk
pascapembunuhan enam jenderal dan
perwira muda Angkatan Darat dinihari
1 Oktober 1965. Soeharto juga berada di
dalam tim itu.
Tetapi setelah beberapa kali dicoba,
Achmadi tidak dapat dihubungi. Tidak
jelas dimana keberadaannya.
Saat itulah Hartono minta izin untuk
menghadapi Soeharto dan pasukannya.
Tetapi Bung Karno menggelengkan
kepala, melarang.
Padahal masih kata Achadi, selain KKO,
Panglima Kodam Jaya Amir Machmud,
Panglima Kodam Siliwangi Ibrahim Adji,
dan beberapa panglima kodam lainnya
juga bersedia menghadapi Soeharto.
“Bung Karno tetap menggelengkan
kepala. Dia sama sekali tidak mau
terjadi pertumpahan darah, dan perang
saudara.”
Kalau begitu apa yang harus kami
lakukan, tanya Achadi dan Hartono.
Bung Karno memerintahkan Hartono
untuk menghalang-halangi upaya
Soeharto agar jangan sampai
berkembang lebih jauh.
“Hanya itu
tugasnya, Hartono diminta menjabarkan
sendiri. Yang jelas jangan sampai ada
perang saudara,” kata Achadi.
Menghindari perang saudara inilah
sebagai wujud kecintaan Presiden
Soekarno terhadap rakyat dan negeri
ini. Pantang bagi Bung Karno
meneteskan darah diatas negeri ini,
apabila hanya akan ditukar dengan
sebuah kekuasaan.
Pasang Won9keluD WaP di android anda,agar kemudahan mendapat kan berita tentang aktifitas sekitar gunung Kelud di genggaman..
" - pasang sekarang gratis. " perangkat lunak funny photo menawarkan satu set lengkap lanjutan alat editing gambar secara gratis ber format sis dan java." - Dapatkan sekarang gratis