- Buku tamu
- Download Youtube GRATIS
- Tentang situs
- Tentang kelud
- Shorten Url
- Download
- Profile Mau uang mengucur
dari internet?..Buruan daftar...
Lumayan buat tambah penghasilan..
Buruan daftar sekarang juga..
Situs ini di biayai oleh
Adsense Indonesia,mygama
SITI,situs ini bertujuan
untuk mempermudah mencari
kabar berita dan
aktifitas terbaru Gunung Kelud
Gunung kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut yang berarti "sapu" dalam bahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur ...read more
Posted in Won9keluD WaP by Admin on , 20 November 2012
Posted in Won9kelud Wap by Admin on 20 Maret 2015
Won9keluD WaP - Cinta Bung Karno terhadap ibu Wardoyo
senenarnya sangatlah besar, namun
demikian kecintaannya terhadap negeri
ini jauh lebih besar dari kecintan
terhadap apapun bahkan terhadap
dirinya sendiri. Itula Bung Karno yang
terlahir serta tumbuh dan begitu
mencintai apa yang disebut Indonesia.
Sedikitnya ada dua kejadian yang
menggambarkan kemarahan Bung Karno
kepada kakak kandungnya, Sukarmini
Wardoyo, atau sering dipanggil Ibu
Wardoyo. Kemarahan yang pada waktu
itu, cukup beralasan, sekaligus
menggambarkan kepribadian Sukarno.
Sekalipun begitu, kemarahan Bung
Karno bersifat spontan, sesuai
karakternya yang memang meledak-
ledak, terlebih jika mendengar,
melihat, dan merasakan sesuatu yang
mengusik nuraninya.
Sekalipun begitu, harus dikemukakan
terlebih dahulu di sini, bahwa pada
galibnya, hubungan persaudaraan Bung
Karno dan kakaknya, Ibu Wardoyo,
sangatlah dekat.
Bahkan, anak-anak
Bung Karno juga sangat dekat dengan
budenya. Tak heran, manakala
Fatmawati meninggalkan Istana,
frekuensi kunjungan Ibu Wardoyo ke
Istana menjadi semakin intens.
Sebaliknya, Guntur, Mega, Rachma,
Sukma, dan Guruh senang jika
kedatangan budenya.
Kiranya, gambaran di atas cukup bagi
kita untuk meyakini, bahwa jalinan tali
persaudaraan Bung Karno dengan
kakaknya, sangatlah kuat.
Itu artinya,
sekali lagi harus dikemukakan di sini,
jika Bung Karno sampai marah kepada
“mbakyu”-nya, harus pula dipahami
sebagai sebuah ekspresi kasih.
Baiklah. Kiranya cukup penggambaran
mengenai hubungan Bung Karno dan Ibu
Wardoyo.
Menjawab pertanyaan, “Lantas,
apa yang membuat Bung Karno marah
kepada kakaknya?”
Kemarahan pertama ditunjukkan Bung
Karno ketika ia mengetahui Ibu Wardoyo
berlatih main tenis lapangan, dan
kemudian menggemari tenis lapangan
sebagai olahraga rutin. Permainan
tenis lapangan, oleh Bung Karno
disebut sebagai permainan mewah dan
jauh dari suasana batin rakyat
Indonesia.
Maklumlah, pada waktu itu,
sekitar tahun 50-an, olahraga tenis
lapangan memang hanya dimainkan
kalangan orang-orang kaya. Bung Karno
tidak mau salah satu anggota
keluarganya memainkan olahraga orang
kaya itu.
Lantas, kemarahan apa lagi?
Kali ini, kemarahan besar. Lagi-lagi,
Ibu Wardoyo-lah alamat amarah Bung
Karno.
Kemarahan itu dipicu dari upaya
seorang pengusaha Belanda untuk
memasukkan proposal proyek kepada
pemerintah Republik Indonesia.
Kemudian, dalam rangka mengegolkan
proposal tersebut, pengusaha Belanda
itu melakukan pendekatan khusus
kepada Ibu Wardoyo.
Celakanya, Ibu
Wardoyo menyanggupi permintaan
pengusaha Belanda itu, membawa
proposal tadi kepada Sukarno, adiknya.
Kemudian, diserahkanlah proposal itu
kepada ajudan, untuk diteruskan
kepada Sukarno.
Satu hal, Ibu Wardoyo lupa, Sukarno
dalam kapasitas sebagai Presiden
Republik Indonesia, adalah Presiden
bagi bangsa dan negaranya, bukan
presiden untuk saudaranya.
Karenanya,
ia sangat marah ketika menerima
proposal itu dari ajudan, dan sang
ajudan mengatakan bahwa proposal itu
merupakan titipan Ibu Wardoyo,
kakaknya. Dengan geram, Bung Karno
meremas proposal itu dan
membantingnya ke lantai.
Nah, bersambung ke penuturan ajudan
Bung Karno, Bambang Widjanarko
terkait peristiwa di atas.
Penuturan
tadi, sekaligus membenarkan bahwa
peristiwa itu bukan isapan jempol.
Bambang bercerita, bahwa suatu hari ia
dipanggil Bung Karno masuk kamarnya
di Istana Merdeka.
“Bambang, saya
tidak mau bertemu Mbakyu Wardoyo
dalam satu bulan, saya sedang marah
kepadanya. Lebih baik kamu usahakan
agar Mbakyu tidak datang ke Istana
ini.”
Bambang tahu, itu tugas berat dan
rumit.
Sebab di sisi lain, ia mengetahui
betul kedekatan Bung Karno dengan Ibu
Wardoyo, serta kedekatan Ibu Wardoyo
dengan putra-putri Bung Karno. Tapi,
toh Bambang harus menjawab, “Siap,
Pak.”
Bambang yang tidak tahu duduk
persoalan sebenarnya, segera
menghubungi Pak Hardjowardoyo,
Kepala Rumah Tangga Istana.
Dari Pak
Hardjo pula, Bambang mendapatkan
cerita seperti terpapar di atas. Sedikit
yang membedakan, versi Pak Hardjo
adalah, bahwa Bung Karno tahu ada
pengusaha Belanda “memakai” Ibu
Wardoyo untuk mengegolkan proyek ke
Presiden Sukarno, justru dari sebuah
suratkabar Belanda.
Dalam banyak kesempatan, baik lisan
maupun melalui sikap yang tegas, Bung
Karno selalu menanamkan kepada istri-
istri, anak-anak, dan keluarga, bahwa
yang menjadi Presiden adalah Sukarno,
sedangkan yang lain –istri, anak,
saudara– adalah rakyat biasa.
Para
istri, anak-anak dan anggota keluarga,
secara umum, menyadari dan memahami
sepenuhnya. Karenanya, yang tampak
pada diri Sukarno, baik semasa hidup
maupun setelah jazadnya menyatu
dengan bumi, adalah sosok seorang
Presiden yang begitu kuat dan mandiri.
Pasang Won9keluD WaP di android anda,agar kemudahan mendapat kan berita tentang aktifitas sekitar gunung Kelud di genggaman..
" - pasang sekarang gratis. " perangkat lunak funny photo menawarkan satu set lengkap lanjutan alat editing gambar secara gratis ber format sis dan java." - Dapatkan sekarang gratis
Thanks for your info ,I love Indonesian Foot Ball Team and hope they will perform their best and bemcniog the champion this time .Work harder Merah Putih