- Buku tamu
- Download Youtube GRATIS
- Tentang situs
- Tentang kelud
- Shorten Url
- Download
- Profile Mau uang mengucur
dari internet?..Buruan daftar...
Lumayan buat tambah penghasilan..
Buruan daftar sekarang juga..
Situs ini di biayai oleh
Adsense Indonesia,mygama
SITI,situs ini bertujuan
untuk mempermudah mencari
kabar berita dan
aktifitas terbaru Gunung Kelud
Gunung kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut yang berarti "sapu" dalam bahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur ...read more
Posted in Won9keluD WaP by Admin on , 20 November 2012
Posted in Won9kelud Wap by Admin on 20 Maret 2015
Won9keluD WaP - Bung Karno tidak
pernah peduli dengan uang
atau harta. Ketika turun dari
kekuasaan, kita tak pernah
tahu bahwa Bung Karno dan
keluarganya meninggalkan
warisan yang melimpah di
Istana Kepresidenan.
Roso Daras menulis dalam
bukunya, "Total Bung Karno",
saat mendapat surat dari
Jenderal Soeharto, bahwa Bung
Karno harus meninggalkan
Istana Merdeka sebelum 16
Agustus 1967, maka teman-
teman Bung Karno yang
mengetahui rencana itu segera
menawarkan dan menyediakan 6
rumah untuk tempat tinggal
dan putera puteri Bung Karno.
Mendengar hal itu Bung Karno
seketika marah, bahwa ia tidak
menghendaki rumah rumah itu.
Ia menginginkan semua anak-
anaknya pindah ke rumah Ibu
Fatmawati.
"Semua anak-anak kalau
meninggalkan Istana tidak
boleh membawa apa-apa,
kecuali buku-buku pelajaran,
perhiasan sendiri dan pakaian
sendiri. Barang-barang lain
seperti radio, televisi dan lain
lain tidak boleh dibawa!"
demikian Bung Karno
memerintahkan.
Guntur -putera tertua-
setelah mendengar penjelasan
itu merasa kecewa, karena ia
sudah terlanjur menggulung
kabel antena TV yang akhirnya
tidak boleh dibawa pergi.
Sementara Ibu Fatmawati
mengeluh karena kamar di
rumahnya tidak cukup.
Tak berapa lama datang truk
dari polisi yang membawa
empat tempat tidur dari kayu
yang bersusun, dengan kasur
dan bantalnya tapi tanpa sprei
dan sarung bantal. Juga beras
6 karung .
"Anak-anakku semua disuruh
tidur di tempat tidur susun
dari kayu, tanpa sprei dan
sarung bantal." Konon Ibu Fat,
marah-marah kepada utusan
yang membawa perlengkapan
itu.
Bung Karno keluar dari Istana
dengan mengenakan kaos oblong
cap cabe dan celana piyama
warna krem. Baju piyamanya
disampirkan ke pundak, dan ia
memakai sandal bata yang
sudah usang.
Tangan kanannya
memegang kertas koran yang
digulung, berisi bendera
pusaka merah putih. Bendera
yang dijahit oleh istrinya
sendiri, ibu Fatmawati ketika
masa proklamasi kemerdekaan
dahulu.
Ia meninggalkan Istana dengan
mobil VW kodok yang
dikendarai seorang sopir asal
kepolisian.
Salah seorang
anggota kawal pribadinya
membawakan ovaltine, minuman
air jeruk, air teh, air putih,
kue-kue serta obat-obatan
Bung Karno. Itulah seluruh
harta yang dimiliki Bung
Karno ketika meninggalkan
Istana. Selebihnya
ditinggalkan.
Kesederhanaan Bung Karno
bisa dilihat dari cerita
pengusaha TD Pardede yang
dekat dengan Bung Karno.
Suatu hari dia dipanggil
mendadak ke Jakarta.
Mengetahui betapa miskinnya
sang Presidennya. Setelah
mengobrol-obrol bersama
menteri lainnya, Presiden
Republik Indonesia itu
mengajak TD Pardede ke pojok
ruangan.
"Pardede, bisa kau pinjamkan
aku uang?"
Gelagapan karena langsung
ditodong oleh penguasa negeri,
TD Pardede merogoh saku saku
jasnya dan memberikan seribu
dolar dari kantongnya. Namun,
Bung Karno hanya mengambil
secukupnya dan mengembalikan
sisanya kepada Pardede.
Lain cerita salah satu ajudan
terakhir, Putu Sugianitri,
seorang bekas polisi wanita
yang juga harus pensiun tanpa
kejelasan. Suatu saat, setelah
tidak menjadi presiden, Bung
Karno jalan-jalan keliling
kota dan tiba tiba ingin buah
rambutan.
"Tri, beli rambutan."
"Uangnya mana?" si polwan
asal Bali itu bertanya
kembali.
"Sing ngelah pis ," kata Bung
Karno dalam bahasa Bali yang
artinya "Saya tak punya
uang."
Jadilah sang ajudan memakai
uang pribadinya untuk mantan
presiden yang tidak memiliki
uang.
Ada juga cerita dari Ali
Sadikin. Saat ia menjabat Menko
Maritim, ia ditanya oleh Bung
karno apakah ia bisa membantu
bisnis mertua Bung Karno yang
berkaitan dengan perizinan
pelabuhan. Setelah dipelajari,
Ali mengatakan tidak bisa.
Peraturan mengatakan
demikian.
"Ya sudah, kalau tidak bisa,"
kata Bung Karno.
Padahal, sebagai Presiden ia
bisa memaksakan memberi
perintah. Yang mengagumkan,
Bung Karno selanjutnya tidak
pernah dendam, bahkan kelak
mengangkat Mayor Jenderal
KKO Ali Sadikin sebagai
Gubernur Jakarta.
Pasang Won9keluD WaP di android anda,agar kemudahan mendapat kan berita tentang aktifitas sekitar gunung Kelud di genggaman..
" - pasang sekarang gratis. " perangkat lunak funny photo menawarkan satu set lengkap lanjutan alat editing gambar secara gratis ber format sis dan java." - Dapatkan sekarang gratis
I ordered my copy this mnroing, and can't wait to hold the book in my hands! I'm honoured to be included with so many wonderful poets! Thank you, Reg, and thank you, Dagda Publishing! ~ Julie xox