Won9keluD WaP
Wape petani lereng Kelud

KEDIRI ( Won9keluD WaP ) -Aksi unjuk rasa penutupan tambang lahar gunung Kelud di kabupaten Kediri nyaris diwarnai kericuhan. Ratusan warga hendak menyerang oknum perangkat desa setempat yang dinilai menghalang-halangi penutupan.

Mereka meminta pertambangan ditutup total, karena tidak berizin dan merusak lahan serta tanaman warga. Sedikitnya 350 orang warga dari tiga desa, satak, Manggis dan Gadungan, kecamatan Puncu, kabupaten Kediri melakukan aksi unjuk rasa penutupan Lahan Tambang Lahar gunung Kelud.

Pasalnya, menurut warga, pertambangan yang sudah berlangsung selama setengah tahun terakhir ini tanpa izin dan merusak lahan perhutani serta tanaman milik warga.

Dalam aksinya, warga menghentikan aktifitas penambangan dengan menyandera lima alat berat. Dua operator alat berat sempat kabur, karena merasa ketakutan. Warga kemudian mengeluarkan seluruh alat berat dari lokasi tambang yang dianggap illegal itu.

Aksi unjuk rasa ini nyaris ricuh saat oknum perangkat desa bernama Harnowo berusaha menghalang- halangi.

Ratusan warga hendak menyerang oknum perangkat desa itu, tetapi akhirnya diamankan oleh aparat dari kepolisian dan Satpol PP kabupaten Kediri.

Menurut koordinator aksimerangkap ketua lembaga masyarakat desa hutan, LMDH budidaya Satak, Eko Cahyono, pertambangan tersebut tidak berizin dan merusak lahan milik Perhutani yang kini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam.

Selain itu, penambang juga tidak pernah melakukan komunikasi dengan warga serta tidak memberikan kompensasi dari kegiatan penambangannya.

Ketegangan antara warga dengan oknum perangkat desa, yang disinyalir sebagai pelaksana tambang mereda setelah kedua belah pihak dipertemukan dalam sebuah mediasi di kantor balai desa setempat.

Namun demikian, warga tetap menghendaki agar aktifitas pertambangan dihentikan, selama ini penambang belum mengantongi izin pertambangan resmi dari instansi terkait.

Seperti diketahui, tambang pasir dari lahar gunung Kelud dusun Satak, desa Satak sudah berlangsung selama kurang lebih enam bulan ini, penambang berasal dari wilayah kabupaten Blitar yang dilaksanakan oleh oknum perangkat desa setempat.

Sehari-hari ada belasan bahkan puluhan truk yang memuat pasir tambang melintasi jalan milik Perhutani dari tiga LMDH, antara lain budidaya Satak, Adil Sejahtera Manggis, LMDH Rimba Jatirejo Gadungan. Akibat kegiatan pertambangan ini, jalanan dan tanaman milik warga menjadi rusak berat.(tur)