XtGem Forum catalog

Won9keluD WaP
Wape petani lereng Kelud

Situs ini di biayai oleh
Adsense Indonesia,mygama
SITI,situs ini bertujuan
untuk mempermudah mencari
kabar berita dan
aktifitas terbaru Gunung Kelud

  • Main Menu
    • Buku tamu
    • Download Youtube GRATIS
    • Tentang situs
    • Tentang kelud
    • Shorten Url
    • Download
    • Profile
    • Mau uang mengucur
      dari internet?..
      Buruan daftar...
      Lumayan buat tambah penghasilan..
      Buruan daftar sekarang juga..

      Won9keluD Img



      Kisah Sukses Petani, Pembuat Kampung Organik di Lereng Gunung Kelud.

      SENIN, 20 APRIL 2015 | 05:51 WIB

      Won9keluD Img
      Ilustrasi petani. ANTARA/Dedhez Anggara

      Kediri , ( Won9keluD WaP ) -- Seorang petani di lereng Gunung Kelud sukses mempelopori berdirinya kampung organik di Desa Babadan, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Dia juga mengklaim tanaman kacang tanahnya tak memicu penyakit asam urat meski dikonsumsi setiap hari.

      Meski berprofesi sebagai petani, Sarianto, 53 tahun, lebih dikenal sebagai guru di kalangan petani di kampungnya. Mereka banyak belajar kepada Sarianto tentang beragam persoalan pertanian yang kerap dihadapi para petani.

      Mulai dari serangan hama dan penyakit hingga menyiasati tingginya biaya produksi. "Saran saya satu, tinggalkan obat- obatan kimia," katanya kepada Tempo, Minggu 19 April 2015.

      Kegigihan Sarianto untuk menolak bahan kimia di lahan pertanian ini berawal dari munculnya kesadaran mengenai dampak negatif obat bagi tanaman pada 2005 lalu. Celakanya, bahaya ini sama sekali tak diketahui para petani di pegunungan yang terbiasa disodori produk pabrikan oleh penjual obat dan toko pertanian. Perilaku inilah yang diyakini turut menyumbang munculnya beragam penyakit bagi manusia yang mengkonsumsi tanaman tersebut.

      Salah satu contoh adalah kacang tanah. Bagi pengidap asam urat dan kolesterol, komoditas ini dianggap musuh yang harus dijauhi. Hal ini didukung dengan teori kedokteran yang memasukkan kacang tanah sebagai salah satu jenis makanan yang tak boleh disentuh bagi penderita.

      Namun teori tersebut tak berlaku bagi Sarianto. Di tengah usianya yang tak lagi muda, Sarianto justru tak pernah absen menyantap kacang tanah.

      Selain direbus dan digoreng, kacang tanah yang diperoleh dari lahan di samping rumahnya juga diolah menjadi berbagai bahan makan seperti sambal pecel. Sehingga praktis tak ada menu makanan yang bebas kacang tanah di rumahnya. "Sampai saat ini asam urat dan kolesterol saya normal," katanya tertawa. Sarianto berkeyakinan, munculnya berbagai jenis penyakit yang dipicu jenis makanan tertentu tak lepas dari pengaruh obat kimia yang dikandungnya.

      Kacang tanah yang dijual bebas di pasaran dalam berbagai olahan maupun mentah kebanyakan diolah menggunakan cara non organik. Hal ini yang pada akhirnya memicu penyakit asam urat dan kolesterol. Penjelasan Sarianto ini tak asal bunyi.

      Keputusan meninggalkan obat kimia yang dijalani sejak 10 tahun terakhir terbukti merubah kualitas hidupnya dan masyarakat Desa Babadan. Sejak mengenal bahaya obat kimia yang disemprotkan kepada tanaman kubis oleh petugas penyuluh pertanian, dia memutuskan meninggalkan obat- obatan tersebut dan beralih ke cara organik.

      "Saat itu saya diajak ke IPB (Institut Pertanian Bogor) untuk melihat demonstrasi tanaman kubis yang disemprot kimia, dan racunnya baru hilang setelah dibersihkan hingga satu minggu," katanya.

      Hal itu seiring dengan pemandangan di desanya, banyak petani yang kerap sakit-sakitan dan tak bisa ke sawah. Usut punya usut, mereka kerap memakan sayuran seperti tomat secara langsung di sawah saat terik. Padahal tomat tersebut baru beberapa hari disemprot dengan obat kimia.

      Bagi petani yang mudah terpengaruh perilaku pasar, penggunaan obat kimia memang menggiurkan. Tanaman ketimun yang disemprot kimia memang lebih cepat besar dan panen. Bahkan usia panen ini bisa dipercepat hingga satu minggu. Namun jumlah panennya hanya berlangsung 12 kali karena penurunan kualitas tanah dan tanaman. Kondisi ini jauh berbeda dengan pupuk organik yang bisa dipanen hingga 32 kali meski masa panennya lebih lama. Demikian pula jumlah panen kacang tanah bisa digenjot hingga 22 kali menggunakan pupuk organik dibandingkan kimia yang hanya 12 kali panen. "Biasanya petani ingin cepat panen dan dapat uang," kata Sarianto.

      Sarianto fasih menjelaskan perbedaah pupuk kimia dan organik karena pengalamannya menggunakan dan memproduksi sendiri obat-obatan kimia dari bahan potas (racun ikan).

      Kala itu dia sempat meraup keuntungan finansial besar karena produktivitas yang tinggi sesuai kebutuhan pasar. Namun lama- kelamaan kualitas tanamannya menurun drastis akibat kerusakan tanah karena penggunaan obat berlebih. Sementara biaya pembuatan pupuk kimia juga terus meroket.

      Jika dikalkulasi, biaya pembelian pupuk kimia untuk satu bidang tanaman kacang tanah mulai awal hingga panen sebesar Rp 1,2 juta. Sementara jika menggunakan pupuk organik hanya membutuhkan dana Rp 600 ribu atau separuhnya.

      Kesadaran untuk meninggalkan obat kimia ini akhirnya direspon petani di sekitarnya setelah melihat kualitas tanaman Sarianto yang kembali membaik. Di lahan miliknya seluas 750 meter persegi yang mengelilingi rumah, dia menanam berbagai jenis tanaman sayur mulai cabe, tomat, jagung, sawi, kacang tanah, mangga hingga jeruk.

      Tepat di belakang rumah terdapat mesin pengolah pupuk yang mengaduk daun-daun kering dan kotoran ternak menjadi pupuk kandang. Selain dipergunakan sendiri, pupuk tersebut juga diperjualbelikan kepada petani di sekitarnya untuk mendukung cara bertanam organik. Sementara bahan pupuk seperti kotoran ternak didapat dari kandang kambing miliknya dan peternak lain. Saat ini upaya mengenalkan cara bertanam organik ini sudah diikuti lebih dari 60 kepala keluarga (KK) dari 300 KK di desanya.

      Beberapa petani terutama yang berusia remaja menjadi bidikannya karena memiliki cakrawala berpikir terbuka. Di luar mereka, secara rutin salah satu sudut halaman Sarianto yang disulap menjadi ruang workshop terbuka menerima kunjungan petani dari kampung tetangga yang ingin belajar teknik menanam organik. "Saya sedang menanam lombok dan sawi di rumah," kata Yudi, salah satu petani remaja dari Desa Sugihwaras.

      Banyaknya petani yang menanam tanaman organik di Desa Badan ini memancing apresiasi salah satu produsen semen di Indonesia untuk membuatkan gapura desa bernama Kampung Organik. Sayangnya potensi ini justru diabaikan pemerintah daerah setempat. "Kampung ini berdiri atas upaya masyarakat sendiri tanpa campur tangan bupati," kata Sarianto.

      Dibantu istrinya, Purwati, pasangan ini gencar mengajak warga untuk memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah dengan tanaman organik. "Setidaknya mengurangi uang belanja suami," ujar Purwanti yang kini sibuk mengemas jahe merah sebagai komoditas komersil.

      HARI TRI WASONO
      Red : Edy Won9keluD
      Sumber : Tempo.Co

      Back to posts
      Comments:

      Post a comment

  • Top download
  • image
    "

    Pasang Won9keluD WaP di android anda,agar kemudahan mendapat kan berita tentang aktifitas sekitar gunung Kelud di genggaman..

    "

    - pasang sekarang gratis.

    image
    " perangkat lunak funny photo menawarkan satu set lengkap lanjutan alat editing gambar secara gratis ber format sis dan java."

    - Dapatkan sekarang gratis

    Sponsor:
    Hosting dot com-net gratiss..
    Hosting Gratis
    rela telanjang dada asal bisa ngetop..
  • Mau blog anda ramai pengunjung??..
    gabung ajadi sini



  • count