- Buku tamu
- Download Youtube GRATIS
- Tentang situs
- Tentang kelud
- Shorten Url
- Download
- Profile Mau uang mengucur
dari internet?..Buruan daftar...
Lumayan buat tambah penghasilan..
Buruan daftar sekarang juga..
Situs ini di biayai oleh
Adsense Indonesia,mygama
SITI,situs ini bertujuan
untuk mempermudah mencari
kabar berita dan
aktifitas terbaru Gunung Kelud
Gunung kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut yang berarti "sapu" dalam bahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur ...read more
Posted in Won9keluD WaP by Admin on , 20 November 2012
Posted in Won9kelud Wap by Admin on 20 Maret 2015
Jumat, 4 April 2014 21:09 WIB.
MALANG [ WON9KELUD WaP - Meski sering hujan, tetap saja rumput sulit tumbuh di areal persawahan dan ladang. Pasir dan kerikil menjadi penyebabnya.
Muntahan Gunung Kelud itu menutup permukaan lahan hingga menjadi gersang.
Sambil duduk di karung berisi pakan ternak, Sugito menatap sembilan sapi perah miliknya.
Warga Dusun Kutut, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, ini tak mempedulikan keringat yang meleleh di kening.
Rupanya, ia terlalu serius mengamati hewan piaraan yang terus bergerak-gerak.
Sapi-sapi itu tidak bisa jenak. Siang itu suhu di kandang terlalu panas.
Kandang di belakang rumah Sugito memang tidak cukup untuk menetralisir suhu.
Atapnya berbahan terpal plastik menjadi penyebabnya.
Terpal plastik itu menjadi atap darurat sejak seluruh genting kandang rontok oleh hujan batu dan pasir akibat muntahan Gunung Kelud, 14 Februari silam.
“Kasihan juga kalau melihat (kondisi sapi) seperti ini,” tutur Sugito. Selain darurat kandang, masih ada darurat lain yang harus dihadapi Sugito untuk sapi- sapinya, yaitu darurat pakan.
Sejak letusan, tidak ada lagi rumput yang bisa ditemukan di kampung itu.
Peternak harus mencari rumput dari desa lain. Sugito juga terpaksa membeli rumput Rp 5.000 per ikat.
Setiap hari, Sugito membutuhkan minimal 80 ikat untuk menghidupi sembilan sapi perahnya.
Itu berarti ia harus mengeluarkan uang Rp 400.000 setiap hari untuk sapi- sapinya.
Ini sangat membebani, apalagi produksi susu menurun.
“Tapi mau bagaimana lagi, sekarang saya masih tahap bertahan. Kalau tidak begitu, kasihan sapi-sapi ini,” terang Sugito saat ditemui di kandangnya, Selasa (1/4/2014).
Beban Sugito bertambah. Selain harus membeli rumput, ia masih perlu membeli konsentrat.
“Kalau biaya beli konsentrat ini bisa utang di Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Makmur,” katanya.
KUD Sumber Makmur inilah yang selama ini menjadi wadah kelompok peternak sapi perah di dusun itu.
Sejak erupsi Kelud, produksi susu ternak menurun. Sedangkan kebiasaan pemberian kosentrat harus diperbanyak supaya kondisi ternaknya cepat pulih.
Dalam kondisi darurat saat ini, satu kilogram kosentrat yang diberikan hanya bisa menghasilkan satu liter susu.
Ini menurun 50 persen dibanding kondisi normal yang bisa menghasilkan 2 liter susu.
Menurunnya, produksi susu itu diperparah dengan kondisi kandang yang masih menggunakan terpal.
Tingginya suhu di dalam kandang mempengaruhi produksi susu sapi.
Sapi cepat haus, sementara, persediaan air masih belum tercukupi karena pipa air putus.
Selama kondisi buruk seperti ini, ternak Sugito hanya mampu memproduksi susu 85 liter/hari untuk sembilan sapi.
Produksi ini turun jauh sebelum Kelud meletus yang mencapai 120 liter/hari.
“Sempat kurus karena kekurangan air. Sampai hari ini, air masih menunggu kiriman dari PMI,” katanya.(iks/wkd)
Pasang Won9keluD WaP di android anda,agar kemudahan mendapat kan berita tentang aktifitas sekitar gunung Kelud di genggaman..
" - pasang sekarang gratis. " perangkat lunak funny photo menawarkan satu set lengkap lanjutan alat editing gambar secara gratis ber format sis dan java." - Dapatkan sekarang gratis