Won9keluD WaP
Wape petani lereng Kelud

Senin, 10 Maret 2014 10:57 WIB

(Dok.tribunjateng)

Won9kelud - Hari kedua setelah wisata Gunung Kelud dibuka kembali pascaerupsi, ribuan orang termasuk dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, datang berkunjung. Berdasarkan catatan petugas loket wisata Kelud di Desa Sugihwaras, Kacamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jatim, pengunjung yang masuk pada Minggu (9/3/2014) siang mencapai 1.000 orang. Hanya saja karena status Kelud masih waspada, pengunjung dilarang mendekati puncak. Para wisatawan ini hanya diperbolehkan melihat dari jarak sekitar 3 km dari puncak. Namun tak jarang ada sejumlah wisatawan yang nekat jalan kaki semakin mendekat ke puncak Kelud.

Untuk sementara baru sepeda motor yang diperbolehkan masuk area wisata. Sedangkan wisatawan yang membawa mobil harus parkir di lapangan pintu masuk depan Gedung Bioskop Gunung Kelud. Pengunjung ini bisa meneruskan perjalanan dengan kendaraan antarjemput. Karena pengunjung membeludak, seluruh kendaraan antarjemput pengunjung dikerahkan. Namun wisatawan yang naik kendaraan antarjemput ini hanya sampai rest area 2 yang ada di dekat jalan Misterius Road. Selanjutnya untuk mendekat dari jarak 3 km dari puncak perjalanan diteruskan dengan angkutan ojek milik warga setempat.

Tarif angkutan antarjemput plus angkutan ojek pun melonjak menjadi Rp 35.000 per orang. Rinciannya untuk angkutan antarjemput Rp 25.000 dan tarif ojek ke radius 3 km dari puncak Rp 10.000. Rata-rata pengunjung yang datang mengaku sangat penasaran mengetahui bentuk Gunung Kelud setelah meletus. "Kami penasaran seperti apa bentuk gunungnya setelah meletus," ungkap Ansori warga Gresik, Jawa Timur, yang datang bersama keluarganya.

Hanya saja Ansori mengaku masih takut mendekat puncak karena masih tercium aroma bau belerang. "Tadi dari jarak sekitar 3 km bau belerangnya masih terasa. Suasananya daerah puncak juga masih gersang, karena banyak pepohonan yang mati. Persis kayak kena bom atom Nagasaki-Hiroshima," ungkapnya.

Penjelasan senada dituturkan Iksan (46), pengunjung dari Yogyakarta. Ia mengaku penasaran melihat Gunung Kelud setelah meletus. Kebetulan dia baru menjenguk kerabatnya yang rumahnya ambruk terkena pasir vulkanik Kelud di Blitar. Saat perjalanan pulang ia menyempatkan diri singgah ke wisata Gunung Kelud.

"Di Kota Jogja, abu Gunung Kelud cukup tebal sehingga sekolah sampai diliburkan. Setelah kami melihat dari dekat memang dampak letusan sangat dahsyat," ujarnya. Iksan kemudian membandingkan dampak letusan Gunung Kelud dengan Gunung Merapi. Karena saat Gunung Merapi meletus tidak banyak membawa abu vulkanik sampai ke Kota Yogya, namun letusan Gunung Kelud yang jaraknya ratusan kilometer membawa material vulkanik sampai ke kotanya.

"Abu vulkanik Gunung Kelud itu membuat Jalan Malioboro jadi putih, semua orang di jalan harus pakai masker. Sementara dua kali Gunung Merapi meletus tak banyak membawa abu vulkanik ke Kota Jogja," tambahnya. Sementara Gunawan, petugas portal pos masuk wisata Gunung Kelud menjelaskan, secara resmi wisata Gunung Kelud baru dibuka kembali mulai Sabtu (8/3).

Pada hari pertama pengunjung yang datang sekitar 500, namun pada hari kedua, pengunjung sudah mencapai 1.000 orang. "Pada hari libur seluruh petugas yang berjumlah 30 orang kami kerahkan semuanya. Termasuk lima mobil antarjemput seluruhnya kami operasikan," jelas Gunawan.

Selain menyaksikan Gunung Kelud dari jarak 3 km dari puncak. Pengunjung juga dapat menyaksikan pemutaran film dokumenter letusan Gunung Kelud. Termasuk film terbaru tiga hari pascaletusan Gunung Kelud juga diputar. Animo pengunjung yang menyaksikan film di Bioskop Gunung Kelud ini juga sangat besar. Setiap kali durasi pemutaran seluruh kursi dijubeli penonton. Pada hari libur ini film diputar sampai 10 kali putaran.

Setiap kali putaran penontonnya sekitar 50 orang. Pada hari libur tarif menyaksikan bioskop Gunung Kelud Rp 15.000 per orang, sedangkan hari biasa hanya Rp 10.000. "Saya kira tadi juga diputarkan pas letusan Gunung Kelud tanggal 13 Februari, ternyata hanya dampak letusan saja yang diputar," ujar Yayuk, pengunjung dari Brebes, Jawa Tengah.(surya/didik mashudi)