Won9keluD WaP
Wape petani lereng Kelud

Senin, 10 Mar 2014 20:12:22

Kediri - Erupsi Gunung Kelud (1.731 mdpl) pada 13 Februari 2014, memengaruhi inflasi di Kediri pada Februari 2014 sampai 0,05 persen.

"Ada pengaruh erupsi Gunung Kelud, tapi tidak terlalu signifikan," kata Kepala Seksi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kediri Lulus Haryono di Kediri, Senin.

Ia mengatakan, sejumlah kelompok yang terpengaruh akibat erupsi Gunung Kelud itu antara lain kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,45 persen, lalu kelompok sandang 0,94 persen, kelompok kesehatan 0,11 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, serta olah raga 0,01 persen.

Pihaknya menyebut, komoditas yang menyebabkan tekanan terjadinya inflasi di Kota Kediri pada Februari 2014 adalah bawang merah, tomat sayur, daging ayam ras, bahan bakar rumah tangga, telur ayam ras, kelapa, sawi hijau, ketimun, cabai merah, dan jeruk.

Sementara komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada Februai 2014 adalah beras, cabai rawit, minyak goreng, melon, roti manis, wortel, buah pir, ikan pindang, kacang panjang, dan pepaya.

Ia mengatakan, untuk penghitungan inflasi itu dilakukan selama satu bulan termasuk di Februari sendiri.

Erupsi Gunung Kelud terjadi pada pertengahan bulan, tepatnya 13 Februari 2014, sehingga memang tidak terlalu signifikan memengaruhi inflasi.

"Kenaikan harga hanya terjadi selama tiga hari, setelah erupsi, yaitu Jumat-Minggu (14-16/2)," ujarnya.

Pengaruh itu, tambah dia, karena terganggunya jalur distribusi. Beberapa pasokan sayur dari Malang tidak bisa masuk ke Kediri karena akses jalan masih terganggu dengan material vulkanik.

Namun, kondisi di pasar berangsur pulih, pada pekan selanjutnya, tepatnya pada Senin (17/2).

Jalur transportasi sudah mulai lancar, dan sejumlah produk seperti sayur hasil pertanian petani pun sudah bisa masuk ke pasar.

Pihaknya juga belum bisa memamastikan apakah erupsi Gunung Kelud juga akan berdampak pada penghitungan inflasi Maret 2014.

Saat ini, tim masih melakukan pemantauan pada kondisi harga barang serta kondisi pasar. Untuk mengetahuinya, tim memantau tujuh kelompok pengeluaran yang dijadikan sebagai pemantau, seperti bahan makanan, makanan jadi, minuman rokok, dan sejumlah kelompok lain.

Semenetara itu, dari delapan kota di Jawa Timur yang dihitung sebagai penimbang IHK – Inflasi Nasional, pada Februari 2014 semua kota mengalami inflasi atau kenaikan harga.

Inflasi tertinggi di Jawa Timur terjadi di Banyuwangi sebesar 1,02 persen, diikuti oleh Sumenep sebesar 0,76 persen, Madiun sebesar 0,60 persen dan Malang mengalami inflasi sebesar 0,31 persen.

Sedangkan Kota Surabaya mengalami inflasi sebesar 0,23 persen, Kediri inflasinya sebesar 0,05 persen , berikutnya Jember mengalami inflasi sebesar 0,05 persen dan Probolinggo inflasinya sebesar 0,02 persen.